Suatu metode analisis gravimetri didasarkan pada reaksi kimia seperti: aA + rR AaRr yang mana sejumlah a analit A akan bereaksi dengan sejumlah r pereaksi R membentuk produk AaRr yang biasanya merupakan suatu senyawa yang sangat sedikit larut dan dapat ditimbang setelah pengeringan atau produk tersebut dapat dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui untuk kemudian ditimbang.
Sebagai contoh, kalsium dapat ditetapkan kadarnya secara gravimetric setelah diendapkan menjadi kalsium oksalat. Selain itu, kalsium oksalat yang diendapkan selanjutnya dapat dibakar menjadi kalsium oksida menurut reaksi:
Ca2-
+ C2O42- CaC2O4 (s)
CaC2O4
(s) CaO(s) + CO2 (g) + CO (g)
Biasanya reagen atau pereaksi (R) yang ditambahkan adalah berlebihan untuk menekan kelarutan endapan. Agar analisis gravimetric berhasil, maka persyaratan berikut harus dipenuhi:
1. Proses
pemisahan analit yang dituju harus berlangsung secara sempurna sehingga
banyaknya analit yang tidak terendapkan secara analitis tidak terdeteksi.
2. Zat
yang akan ditimbang harus murni atau mendekati murni dan mempunyai susunan yang
pasti. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan kesalahan yang
besar.
Kelebihan cara analisis gravimetric dibanding dengan volumetric adalah bahwa penyusunnya yang dicari dapat diketahui pengotornya jika ada, dan bila diperlukan dapat dilakukan pembetulan (koreksi). Kekurangan dari metode gravimetric adalah cara ini sangat memakan waktu (time consuming).
Kelebihan cara analisis gravimetric dibanding dengan volumetric adalah bahwa penyusunnya yang dicari dapat diketahui pengotornya jika ada, dan bila diperlukan dapat dilakukan pembetulan (koreksi). Kekurangan dari metode gravimetric adalah cara ini sangat memakan waktu (time consuming).
Alat-Alat
Untuk Gravimetri
Sebagian
besar alat untuk analisis gravimetric adalah alat-alat gelas. Untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan selama analisis makan harus digunakan alat-alat
gelas yang tahan terhadap panas. Biasanya lebih disukai alat gelas pyrex
daripada yang lain. Berikut akan diuraikan beberapa alat yang sering digunakan:
a. Sebagian
tempat gelas pengaduk pada waktu gelas piala ditutup dengan gelas arloji.
b. Merupakan
lubang tempat keluarnya uap/ gas meskipun ditutup dengan gelas arloji.
Untuk suatu kebutuhan menampung dipilih gelas piala yang ukurannya dapar memuat volume cairan yang akan diisikan ke dalamnya,sedangkan untuk penguapan dipilih gelas piala yang dangkal.
Untuk suatu kebutuhan menampung dipilih gelas piala yang ukurannya dapar memuat volume cairan yang akan diisikan ke dalamnya,sedangkan untuk penguapan dipilih gelas piala yang dangkal.
Digunakan untuk
menampung tapisan pada penyaringan, labu Erlenmeyer mempunyai keuntungan yakni
corong tidak perlu di-klem. Pada penyaringan memakai penghisapan digunakan labu
hisap yang bentuknya adalah labu Erlenmeyer dengan cabang pipa untuk hisapan.
Yang lazim digunakan adalah labu dengan ukuran 400-500 mL.
3. Corong
Terbuat dari gelas dengan sudut kerucut 60o dengan berbagai ukuran garis tengah 5,7 dan 9 cm. Pipa paruh bergaris tengah sedikitnya 4 mm dan panjang paruh tidak melebihi 15 cm.corong untuk penyaringan harus disesuaikan dengan banyaknya zat yang akan disaring.
Terbuat dari gelas dengan sudut kerucut 60o dengan berbagai ukuran garis tengah 5,7 dan 9 cm. Pipa paruh bergaris tengah sedikitnya 4 mm dan panjang paruh tidak melebihi 15 cm.corong untuk penyaringan harus disesuaikan dengan banyaknya zat yang akan disaring.
Dapat terbuat dari
gelas dan dari plastik. Yang dari gelas lebih baik yang tidak perlu dihembus.
Akhir-akhir ini lebih banyak digunakan botol pencuci dari plastik polietilena,
akan tetapi kualitasnya tidak sebaik dari gelas. Botol pencuci diisi dengan
cairan pencuci endapan saja atau dengan akuades saja.
Terbuat dari batang
gelas padat, garis tengah 3-5 mm dan panjang 20-25 cm. untuk melepaskan endapan
yang melekat pada dasar gelas piala tempat pengendapan, digunakan gelas
pengaduk yang ujungnya dipasangi pipa karet atau plastik yang melekat secara
tepat. Ada yang ujungnya dipipihkan yang berguna untuk memudahkan pelepasan
endapan yang melekat tadi. Gelas pengaduk semacam ini disebut dengan policeman.
Untuk pemanasan yang
tinggi digunakan pembakar Bunsen atau Meker yang menggunakan bahan bakar gas.
Penting disini untuk melakukan pengaturan aliran gas atau udara. Dengan
menggunakan pembakar Meker yang disertai dengan pengaturan udara yang tepat
serta bahan bakar yang baik, maka dapat dicapai suhu dalam krus platina
bertutup hingga 1100-1200oC. jika krusnya porselin hanya sampai 800-900oC. Saat
ini banyak digunaka dapur Muffle yang dipanasi dengan listrik yang disertai
dengan pengatur suhu. Dengan Muffle Furnace (tungku Muffle)ini dapat dicapai
suhu sampai 1200oC untuk pemanasan yang lebih rendah misalnya pengeringan
(electric oven) dengan listrik sebagai sumber panasnya. Suhu dapat diatur
dengan tahanan sampai ketelitan 1-2oC dan dapat mencapai suhu pemanasan 250-300
7. Eksikator
Eksikator digunakan untuk mendinginkan krus yang habis dipijarkan atau krus penyaring setelah dikeringkan sampai suhu kering sama dengan suhu kamar. Selama pendinginan, eksikator harus tertutup dari udara luar sehingga tidak akan menyerap lembab. Sebagai bahan pengering biasanya CaO, CaCl2 anhidrous atau asam sulfat pekat, silica gel, fosfor, pentaoksida, dll. Tutup eksikator pada bibirnya dilapisi dengan vaselin supaya penutupan berlangsung secara rapat sampai kedap udara, akibatnya tekanan udara didalam eksikator selalu berkurang dari tekanan udara luar. Waktu membuka penutup harus hati-hati yakni dengan menggeser ke samping dan tidak diangkat. Memegang krus atau benda lain yang panas untuk dimasukkan ke dalam eksikator, maka sebelum eksikator ditutup harus diberi kesempatan 5-10 detik agar udara di dalam eksikator mengembang serta menjadi panas.
Tang krus yang masih dingin harus pula dipanasi sehingga untuk memegang krus (panas) benda tidak menjadikannya retak. Memegang benda dingin cukup dengan tang dingin. Meletakkan benda-benda dalam eksikator terutama yang berisi bahan kimia harus semantap mungkin. Jangan sampai ketika tutup eksikator dibuka rebah atau jadi berantakan.
Eksikator digunakan untuk mendinginkan krus yang habis dipijarkan atau krus penyaring setelah dikeringkan sampai suhu kering sama dengan suhu kamar. Selama pendinginan, eksikator harus tertutup dari udara luar sehingga tidak akan menyerap lembab. Sebagai bahan pengering biasanya CaO, CaCl2 anhidrous atau asam sulfat pekat, silica gel, fosfor, pentaoksida, dll. Tutup eksikator pada bibirnya dilapisi dengan vaselin supaya penutupan berlangsung secara rapat sampai kedap udara, akibatnya tekanan udara didalam eksikator selalu berkurang dari tekanan udara luar. Waktu membuka penutup harus hati-hati yakni dengan menggeser ke samping dan tidak diangkat. Memegang krus atau benda lain yang panas untuk dimasukkan ke dalam eksikator, maka sebelum eksikator ditutup harus diberi kesempatan 5-10 detik agar udara di dalam eksikator mengembang serta menjadi panas.
Tang krus yang masih dingin harus pula dipanasi sehingga untuk memegang krus (panas) benda tidak menjadikannya retak. Memegang benda dingin cukup dengan tang dingin. Meletakkan benda-benda dalam eksikator terutama yang berisi bahan kimia harus semantap mungkin. Jangan sampai ketika tutup eksikator dibuka rebah atau jadi berantakan.
8. Krus
Untuk pemijaran digunakan krus porselin atau krus platina, akan tetapi krus platina ini hraganya mahal. Yang paling sering digunakan adalah krus porselin karena harganya murah. Selain untuk pemijaran krus porselin digunakan untuk melebur bahan yang memerlukan peleburan. Beberaa reaks kimia yang tidak boleh dilakukan dalam tempat porselin misalnya peleburan dengan soda, hydrogen florida dan pirosulfat. Suhu tinggi yang dapat dialami sampai 1000oC lebih. Krus yang masih panas tidak boleh diletakkan di atas meja laboratorium terutama yang terbuat dari kayu sehingga untuk keperluan ini dibutukan adanya ubin porselin atau eternity.Krus porselin untuk keperluan penyaringan alasannya porous. Untuk menyaring harus dengan penghisapan. Krus penyaring lainnya dibahas dalam bagian menyaring.
Untuk pemijaran digunakan krus porselin atau krus platina, akan tetapi krus platina ini hraganya mahal. Yang paling sering digunakan adalah krus porselin karena harganya murah. Selain untuk pemijaran krus porselin digunakan untuk melebur bahan yang memerlukan peleburan. Beberaa reaks kimia yang tidak boleh dilakukan dalam tempat porselin misalnya peleburan dengan soda, hydrogen florida dan pirosulfat. Suhu tinggi yang dapat dialami sampai 1000oC lebih. Krus yang masih panas tidak boleh diletakkan di atas meja laboratorium terutama yang terbuat dari kayu sehingga untuk keperluan ini dibutukan adanya ubin porselin atau eternity.Krus porselin untuk keperluan penyaringan alasannya porous. Untuk menyaring harus dengan penghisapan. Krus penyaring lainnya dibahas dalam bagian menyaring.
Untuk pemijaran krus
memakai pembakar gas digunakan segitiga dari tembikar yang dirangkai pakai
kawat. Segitiga ini diletakkan di atas gelang besi yang di-klem diatas nyala
pembakar gas. Tinggi letak krus di atas nyala diatur sebaik-baiknya hingga
pemijaran semprna. Meletakkan krus di atas segitiga juga diatur dan juga
ditutup krus yang ditaruh dalam keadaan miring.
Kompor listrik yang
baik mempunyai tiga pengaturan yaitu rendah (low), sedang (medium), dan tinggi
(high). Bagian kawat pemanas harus tertutup rapat, hal ini berguna untuk
melindungi dari uap dan percikan cairan.
Biasanya digunakan
untuk penguapan pelan-pelan dan menggumpalkan endapan. Yang biasa menggunakan
alat logam tembaga yang tengahnya diisi dengan air setengah muat, dipanaskan
dengan kompor listrik/minyak. Bagian atas ditutup dengan gelang-gelang dari
tembaga dan juga dipakai yang lubangnya sesuai dengan dasar atau alas alat
gelas yang akan dipanasi. Air yang ada dalam penangas harus selalu diperiksa
serta tetap dijaga jangan sampai habis/kering.
Berikut ini adalah cara salah satu contoh analisis gravimetri yaitu menentukan kadar sulfat dalam sampel BaSO4
a.
Proses pengendapan Sulfat dengan larutan BaCl2
Untuk lebih mengetahui kandungan sulfat (SO42-),
dalam sampel (BaSO4) proses yang dilakukan adalah membuat larutan
sulfat dari 0,3 gram padatan sulfat yang kemudian melarutkannya ke dalam 25 mL
akuades. Setelah itu menambahkan 0,3 mL larutan HCl pekat dan BaCl2
setetes demi setetes sampai tetesan BaCl2 tidak menghasilkan
endapan. Penambahan larutan HCl dan BaCl2 ini bertujuan untuk mengurangi kelarutan
padatan sulfat sehingga BaSO4 akan menghasilkan BaSO4 yang
berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :
SO42-
+ BaCl2 BaSO4 (putih)
+ 2Cl-
Selanjutnya adalah memanaskan larutan, setelah larutan dipanaskan kemudian menambahkan
larutan BaCl2 namun jangan
terlalu banyak, penambahan larutan BaCl2 dihentikan jika larutan tidak membentuk
endapan lagi. Pemanasan ini bertujuan untuk membentuk endapan yang stabil karena
endapan yang stabil akan terbentuk pada larutan yang bertemperatur tinggi.
Setelah larutan dipastikan telah tercampur , kemudian larutan tersebut
didiamkan untuk mendapatkan endapan.
b.
Proses Isolasi dan
Pengeringan Endapan
Setelah mendapatkan
endapan, selanjutnya adalah menyaring
endapan tersebut dengan menggunakan
kertas waltman, lalu endapan yang terbentuk kemudian
dicuci dengan menggunakan air panas. Selah dicuci, untuk memastikan bahwa endapan sudah bersih maka
yang dilakukan adalah dengan menambahkan larutan AgNO3 0,1 M pada
filtrat sampai tidak terbentuk lagi filtrat yang warna putih (jernih). Kemudian endapan yang
sudah disaring tersebut dimasukan kedalam cawan kemudian dipijarkan pada suhu 130-150oC
dengan tujuan untuk menghilangkan air yang dikandung sehingga didapatkan
endapan Sulfat yang lebih murni. Namun pemijaran
tidak boleh terlalu tinggi dan juga tidak boleh terlalu lama karena pemijaran
yang berlebih dapat menyebabkan sebagian endapan akan mengurai.
0 komentar:
Posting Komentar